MASA DEPAN GEMILANG
Niat baik terus dijaga, dipelihara, dibalut dengan doa
sebagai pengantar menembus langit ketujuh hingga sampai kepada Allah Swt.
Adi Rustandi
Ramadhan,
bukan nama sebenarnya. Seminggu yang lalu, ia mengisi kegiatan LDKM
(Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa) di Gunung Puntang, Banjaran,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dan aku menjadi bagian dari kepanitian
LDKM tersebut.
Saat ini, ia berprofesi sebagai Dosen di salah satu
perguruan tinggi swasta di Kota Bandung. Rama, panggilan akrabku. Ia
menceritakan sekelumit perjuangan hidupnya dari kecil hingga sekarang.
Tujuannya adalah memberikan motivasi dan inspirasi kepada mahasiswa agar
semangat dalam mengejar mimpi dan cita-citanya.
Terlahir dari
keluarga sederhana, orang tuanya telah berpisah sejak ia berusia enam
tahun. Rama dibesarkan oleh seorang ibu yang kuat dan tegar. Profesi
ibunya sebagai asisten rumah tangga di komplek dekat rumah. Bahkan,
sesekali ibunya berjualan gorengan di sekolah, di mana Rama bersekolah.
Tapi, tak pernah ia merasa malu atau bahkan gengsi. Malah, ada binar
bahagia di kedua matanya yang hampir saja berjatuhan ketika ia
bercerita.
Tanpa rasa malu dan canggung, Rama bercerita sambil
berkeliling di antara peserta LDKM. Ada yang menahan haru, ada yang
menggelengkan kepala, dan bahkan, ada di antara mereka yang tertunduk
kemudian menangis. Entahlah, mungkin saja mereka teringat orang tuanya
di rumah.
“Kondisi keluarga yang membuat saya berpikir untuk
berubah. Berubah menuju masa depan yang gemilang. Kalau bukan kita
sendiri, siapa lagi? Kalau bukan saat ini, kapan lagi?” kata Rama sambil
mengepalkan tangan ke atas.
“Satu hal, kalau kita ingin maju,
pendidikan harus diutamakan. Saya tidak mau seperti kakek dan nenek saya
yang hanya lulusan SR (Sekolah Rakyat) atau sederajat sekolah dasar.
Saya tidak ingin bekerja seperti ibu menjadi buruh rumah tangga dan
bekerja serabutan. Cukup! Ya, cukup hanya mereka yang merasakan
penderitaan dan kesedihan. Tapi, tidak buat saya. Saya harus lebih baik
daripada mereka. Baik itu pendidikan maupun pekerjaan.”
Peserta kembali terdiam. Namun, semangatnya nampak menggelora.
“Apa kunci sukses dalam hidup Bapak?” tanya salah seorang peserta LDKM.
“Kuncinya,
adalah menanamkan niat untuk berubah, terus berusaha, dengan tidak
melupakan doa. Doa bukan hanya dari diri sendiri. Bukan hanya dari
orang-orang tercinta di sekeliling kita. Tapi, biarkan alam pun turut
mendokan keberhasilan kita di masa depan.”
“Selanjutnya, Pak?” sahut peserta kembali.
“Bersyukur!”
Hingga perlahan, suasana LDKM berubah hening.
***
Rama
adalah temanku sewaktu SMA. Sekarang, kami dipertemukan kembali dalam
satu naungan institusi pendidikan. Aku tak menyangka setelah kemarin
mendengarkan cerita inspiratifnya. Banyak ilmu dan banyak pengalaman
yang bisa aku realisasikan dalam menatap masa depan.
Tepat setelah
salat zuhur, aku mencoba mengajak Rama untuk berdiskusi. Aku masih
penasaran atas apa yang sudah disampaikannya beberapa waktu lalu di
LDKM. Ada satu pertanyaan yang masih mengganjal di benak pikiranku dan
di lubuk hatiku terdalam.
“Ram, kalau boleh tahu, doa apa yang
selalu kamu sampaikan kepada Allah? Sehingga, kamu menjadi seperti
sekarang?” tanyaku diiringi senyuman.
Lama tak dijawab pertanyaanku. Mungkin, pertanyaanku dianggap konyol olehnya. Rama hanya melemparkan senyumnya ke arahku.
“Ceritalah, Ram. Aku sangat terinspirasi dari ceritamu kemarin.”
Rama sedikit mengubah posisi duduknya. Pelan, ia menatap wajahku.
“Sejak
kecil, tak banyak yang aku minta kepada Allah. Aku hanya meminta bisa
sekolah, sekolah, dan terus sekolah. Sesulit apapun, aku selalu berdoa
kepada-Nya untuk diberikan kemampuan untuk bersekolah. Alhamdulillaah,
doaku selalu dikabukan Allah. Aku hanya perlu bekerja keras dalam
belajar. Allah berikan banyak beasiswa pendidikan kepadaku. Pendidikan
akan selalu menjadi nomor satu. Karena pendidikan bagian daripada
investasi. Ingat, investasi terbaik itu bukan harta. Tapi, pendidikan.
Makanya, dalam doaku, di penghujung salatku, selalu aku selalu meminta
dimudahkan dalam mendapatkan pendidikan,” jawab Rama tersenyum.
“Jadi?” tanyaku kembali penasaran.
“Dengan
kekuatan doa. Allah memampukan diriku untuk menyelesaikan SD, SMP, SMA,
hingga perguruan tinggi dengan beberapa beasiswa di tengah-tengah
kesulitan ekonomi yang selalu hadir di kehidupanku.”
“Asli?” kataku mencoba memotong tidak percaya.
Rama hanya menganggukan kepala diiringi senyuman penuh ketulusan dan kesungguhan.
***
Aku
benar-benar bangga mempunyai teman sekaligus rekan kerja seperti Rama.
Ia mengajarkan arti kekuatan doa. Niatnya yang kuat, bulatnya tekad,
diiringi doa yang tidak putus telah mengantarkannya menuju gerbang
kesuksesan. Sukses dalam pendidikan dan sukses dalam pekerjaan.
Niat baik terus dijaga, dipelihara, dibalut dengan doa sebagai pengantar menembus langit ketujuh hingga sampai kepada Allah Swt.
“Ya Allah, berikanlah kepadaku apa yang telah Engkau berikan kepda hamba-hamba-Mu yang shalih.”
***
Gunung Puntang, Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
2015